Selasa, 09 Desember 2014

Seputar Tugu Muda - Kabar baik bagi Konco-konco yang ingin berkeliling di kawasan wisata Tugu Muda. Pemerintah Kota Semarang dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Perhubungan telah menyediakan shuttlebus bagi para wisatawan yang ingin berkeliling di Kota Semarang. Shuttlebus ini akan siap mengantar Konco-konco ke berbagai objek wisata di Semarang tanpa dipungut biaya. Salah satu shuttle pemberhentian yang sudah dioperasikan yaitu berada di kawasan Tugu Muda.

Shuttle bus yang akan mengajak wisatawan keliling Semarang
Shuttlebus ini beroperasi dari pagi hingga sore dengan shuttle keberangkatan awal di Pusat Kuliner Batan Miroto, pemberhentian di shuttle kedua dan ketiga yaitu pusat oleh-oleh Pandanaran, shuttle keempat berhenti di seberang RS Hermina. Shuttlebus ini kemudian mengajak wisatawan memutari bundaran Tugu Muda. Shuttle berikutnya ada di depan RS Hermina dan kemudian kembali lagi ke shuttle pertama. Shuttlebus ini juga siap berhenti di objek wisata yang diminta oleh wisatawan, seperti Lawang Sewu, Museum Mandala Bakti, atau Wisma Perdamaian. Namun jangan berharap bus ini akan menunggu, karena ia hanya akan berhenti dan menunggu selama lima menit di shuttle-shuttle yang sudah ditentukan tersebut.

Pemerintah Kota mengoperasikan empat shuttlebus baru bergambar tempat-tempat wisata di Semarang lengkap dengan tulisan "Yuk muter-muter Semarang". Armada ini sudah dilengkapi dengan audio, AC, jok istimewa, serta CCTV yang akan terus memantau petugas. Shuttlebus ini diadwalkan untuk selalu berangkat dalam 15 menit sekali dan berhenti di shuttle-shuttle selama lima menit.

Saat ini, rute yang dilalui hanya Pusat Kuliner Batan Miroto, Pusat Oleh-Oleh Pandanaran, dan kawasan Tugu muda. Namun rencananya, pada Januari 2015 pemerintah akan mulai mengoperasikan shuttlebus ini dengan rute tempat-tempat wisata yang lain seperti Kota Lama dan Sam Poo Kong. Dengan adanya shuttlebus ini tentunya sangat memudahkan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara untuk berkeliling Kota Semarang. Yuk muter-muter Semarang! 
(Nusrotu Aini Latifah/STM/14)
Seputar Tugu Muda - Tugu Muda adalah ikon yang menjadi kebanggan Kota Semarang. Tugu ini dibangun untuk memperingati momentum Pertempuran Lima Hari di Semarang. Jika Konco-konco mencermati, Konco-konco dapat menemui relief-relief yang menggambarkan momentum pertempuran tersebut di Kaki Menara Tugu Muda. 

Menara Tugu Muda terletak di pusat Kota Semarang. Dikelilingi oleh gedung-gedung bersejarah, seperti Lawang Sewu, Museum Mandala Bakti, serta Wisma Perdamaian, kawasan Tugu Muda ini hampir tidak pernah sepi pengunjung.

Kawasan ini memang cukup bersih dan nyaman, ditambah dengan taman-taman hijau di sekeliling Tugu Muda yang membuatnya semakin cantik. Namun sangat disayangkan, betapa penjagaan terhadap monumen bersejarah ini sangatlah minim. Selain anak-anak kecil yang pada siang hari mandi di Kolam Air Mancur yang mengelilingi menara, pada malam hari, beberapa wisatawan yang datang memanjat kaki-kaki menara ini dengan bersemangat untuk berfoto!

Seorang pengunjung sengaja memanjat tugu muda hanya untuk berfoto
Sungguh sangat disayangkan. Tugu Muda yang menjadi monumen bersejarah ini sudah seharusnya dijaga agar tidak rusak. Semestinya, pemerintah melakukan penertiban dengan membangun pagar pembatas di sekeliling menara serta membuat aturan yang tidak memperbolehkan para wisatawan untuk mendekat, apalagi sampai memanjat. Hal ini sangat perlu untuk mencegah segala bentuk perbuatan yang berpotensi merusak warisan budaya ini. Pemerintah juga harus melakukan penertiban dengan memberikan teguran serta sanksi kepada wisatawan-wisatawan yang melanggar aturan tersebut. Dengan demikian, maka diharapkan Menara Tugu Muda ini akan terus terjaga keindahan dan kekokohannya. 
(Nusrotu Aini Latifah/STM/14)
Seputar Tugu Muda - Komplek Balai Kota Semarang merupakan pusat pemerintahan kota Semarang. Di Balai Kota Semarang terdapat gedung-gedung seperti kantor wali kota, kantor DPRD, dan beberapa kantor dinas-dinas dari pemerintahan kota Semarang. Namun, taukah Konco-Konco jika ternyata di komplek balai kota terdapat sebuah gedung perkantoran  yang mempunyai fasilitas lengkap dan juga dibuka untuk umum? Ya, gedung tersebut adalah gedung Pusat Informasi Publik atau PIP. PIP ini diresmikan oleh walikota Semarang Hendrar Prihadi, bertepatan pada momen perayaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2014 lalu.


Sebelum dijadikan sebagai Gedung PIP, gedung ini merupakan Kantor Satpol PP kota Semarang, dan dialihfungsikan menjadi Kantor Pusat Pembangunan yang di kelola oleh Bapeda sebelum dijadikan Kantor PIP oleh Pemerintah Kota Semarang. Gedung dua lantai ini mempunyai fasilitas yang lengkap dan dapat dinikmati oleh masyarakat umum, seperti ruang baca, ruang internet, ruang telepon, ruang komunitas yang terdapat pada lantai satu, dan ruang audio visual di lantai dua. Kesemua fasilitas yang disediakan oleh PIP ini dapat dinikmati secara gratis. Dan untuk para pengguna wifi, gedung ini juga dilengkapi area wifi lho.


Selain mempunyai fasilitas yang dapat digunakan oleh umum dan serbagratis, di gedung PIP ini juga merupakan pusat pengelola pengaduan masyarakat, yang menjadi tempat masyarakat yang punya keluhan seputar fasilitas umum di Semarang, seperti tidak lancarnya air, atau jalanan yang rusak. Jadi, untuk Konco-Konco yang mempunyai keluahan terhadap fasilitas umum, atau layanan publik di seputar kota Semarang, jangan ragu untuk datang dan bertemu dengan para pegawai yang ramah dan siap untuk menerima keluhan-keluhan Konco-Konco.
(Sriadi Lintang/STM/14)
Seputar Tugu Muda - Konco-konco mungkin sudah banyak yang mengenal wayang kulit atau wayang orang, tapi bagaimana dengan wayang potehi? Salah satu budaya Tionghoa yang juga merupakan bagian dari kesenian di Semarang ini memang gaungnya tak semashur jenis-jenis wayang lainnya. Bahkan sebagian dari kita ada yang sama sekali tidak mengetahui keberadaan dari wayang khas Tiongkok Selatan tersebut. Saat ini, Potehi telah menjadi salah satu kesenian tradisional Indonesia yang terancam punah karena minimnya pengetahuan serta kepedulian kita akan keragaman budaya sendiri.

Potehi berasal dari kata “Poo” yang berarti kain, “Tay” adalah kantong dan “Hie” bermakna wayang atau boneka, jadi Potehi dapat diartikan sebagai wayang boneka dari kain. Wayang ini kemudian oleh para perantau kelompok etnis Tionghoa dibawa ke berbagai wilayah Nusantara, salah satunya Semarang. Potehi pernah berkembang di masyarakat dan digunakan sebagai media hiburan, edukasi, syarat ritual, bahkan media kritik sosial. Meskipun di kemudian hari kesenian ini tidak dapat bernafas lebih panjang karena banyak alasan; dibelenggu rezim kala orde baru kemudian tergerus kesenian modern abad 20.

Wayang Potehi
Konon, Potehi diciptakan lima narapidana penjara kota Chuan Cu, Tiongkok, pada zaman dinasti Tsang Tian masa pemerintahan Raja Tioe Ong 3000 tahun silam. Mereka melakukan pertunjukkan di balik sel dengan perlengkapan seadanya untuk menghibur diri sebelum dieksekusi mati. Tak disangka pertunjukkan itu sampai ke telinga Sang Raja yang kemudian menantang mereka untuk melakukan pertunjukkan dihadapannya. Akhirnya dengan menggunakan karakter Sang Raja sebagai lakon dan meriwayatkan kebaikan-kebaikan raja, lima narapidana tersebut dapat terbebas dari eksekusi mati. Sekarang Potehi dimainkan dalam kotak berukuran 3x3 meter berwarna merah diiringi alat musik Toa Loo (gembreng besar), Siauw Loo (gembreng kecil), Hian Na (rebab), Thua Jwee (trompet), Bien Siauw (suling), Tong Ko (gendang) dan Piak Ko (kayu silindris sepanjang 5 cm). Lakon yang biasa dimainkan saat pertunjukan siang hari adalah Sie Bing Kwie (Kuda Wasiat) sedangkan Ngoho Peng See (Lima Harimau Sakti) di pertunjukan malam, ada juga lakon-lakon lainnya seperti Poei Sie Giok, Loo Thong Sauw Pak, Hong Kiam Cun Ciu.

Di Semarang sendiri pementasan Potehi biasa dilakukan klenteng di daerah Gang Lombok atau Pecinan. Di sini juga pernah terdapat satu dalang atau bunsu Potehi bernama Thio Tiong Gie (Teguh Chandra Irawan), seorang pria kelahiran Demak 9 Januari 1933. Asal mula Thio terjun sebagai dalang Potehi ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942. Thio kecil harus putus sekolah dan hijrah ke Semarang setelah semua harta benda keluarganya dirampok. Karena sangat tertarik dengan kisah She Jin Kwee Cing Tse di buku cerita Tiongkok miliknya, Thio akhirnya sering menyambangi pagelaran Potehi. Thio mulai belajar mendalang setelah disarankan Oei Sing Twei, seorang dalang Potehi yang sering ditontonnya. Sejak saat itulah Thio Tiong Gie mulai tekun mendalang dan kemudian menjadi bunsu Potehi legendaris di Semarang –bahkan di Indonesia. 

Sayang usaha seniman, budayawan sekaligus sejarawan tersebut untuk menyebarkan ajaran-ajaran kebajikan lewat Potehi harus terhenti di usianya yang ke 81. Thio Tiong Gie tutup usia pada tanggal 20 Agustus 2014 akibat komplikasi diabetes. Sampai sekarang belum ada yang dapat meneruskan Potehi di Semarang selain Oei Tjiang Hwat, asistennya. Semoga di kemudian hari akan banyak muncul Thio Tiong Gie lainnya yang dapat melestarikan salah satu kesenian yang hampir hilang ini.
(Andika Sakti/STM/14)
Seputar Tugu Muda - Keindahan Objek wisata Tugu Muda di malam hari memang tak pernah terlewatkan untuk dikunjungi. Maka menara ini pula yang dijadikan salah satu objek bagi Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) untuk berkeliling di Semarang (6/12). 

KOSTI yang sedang berkumpul di Tugu Muda
"Ini (sedang) ada event di Semarang, kami diundang oleh KOSTI Semarang dan KOSTI Jawa Tengah untuk dateng ke Semarang," kata Edi, salah satu anggota Komunitas Sepeda Tua Indonesia. Pria yang berasal dari Batang ini mengaku datang bersama tiga puluh orang teman lainnya yang sama-sama menggemari sepeda tua untuk menghadiri acara Jalan Sehat dan Sepeda Santai dalam rangka peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia, Minggu 7 Desember. Selain KOSTI, ia juga tergabung dalam suatu Komunitas Sepeda Tua di Batang yang bernama Siomuci.

Edi bersama anggota yang lain datang dari Kendal kemudian bertemu dan berkenalan dengan anggota-anggota KOSTI dari daerah yang lain. Kemudian dengan mengendarai sepeda tuanya, Edi bersama teman-temannya berkeliling untuk menikmati keindahan Kawasan Tugu Muda di malam hari. "Nikmatin suasana malem aja mbak, tadi juga sempet mampir ke Lawang Sewu," ujar Edi.
(Nusrotu Aini Latifah/STM/14)
Seputar Tugu Muda - Kawasan Tugu Muda yang merupakan ikon dan kebanggaan Kota Semarang terlihat begitu mentereng dengan bangunan-bangunan megah yang mengitarinya, taman-taman dengan tanaman hijau dan bunga-bunga yang nampak asri, serta kebersihan dan kerapian yang nampak di sudut-sudutnya. Sinar matahari yang begitu terik siang itu terasa menyengat, kendaraan bermotor kian ramai berlalu-lalang di kawasan Tugu Muda, suara deru kendaraan berpadu dengan suara klakson dan suara pesan lalu lintas yang disuarakan melalui speaker traffic light, dan Tarmi masih dengan semangat menyapu jalanan, memunguti sampah yang teronggok, dan mengumpulkan dedaunan kering.

Ia tengah menyapu trotoar Lawang sewu siang itu, beberapa tetes peluh mulai menjalari dahinya, namun ia tetap dengan gesit bekerja. Sudah hampir dua tahun ini ia mengabdikan dirinya untuk menjaga kebersihan kawasan Tugu Muda. Di usianya yang tak lagi muda, ia masih berjuang mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup keluarganya. Gajinya sebagai penyapu jalanan di kawasan Tugu Muda tidaklah seberapa dibandingkan dengan kerja kerasnya yang dapat dilihat melalui kebersihan yang nampak di kawasan Tugu Muda. 

Tarmi saat sedang bekerja
Tarmi dan kawan-kawan memiliki peranan yang besar di balik menterengnya Tugu Muda. Namun sayangnya jasa-jasa mereka seringkali terabaikan dan tidak dihargai, dilihat dari kurang pedulinya orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar Tugu Muda terhadap kebersihan lingkungan. Seringkali mereka membuang sampah begitu saja di jalanan padahal tempat sampah sudah tersedia. 

Mari konco-konco, jangan hanya Bu Tarmi saja yang memiliki peranan di balik Tugu Muda, namun kita semua juga harus berperan untuk menjaga kebersihan kawasan Tugu Muda kebanggaan kita bersama!
(Mario Siswanto/STM/14)